Perubahan Iklim di Depan Mata? Ajakan Memupuk Gerakan Kolektif untuk Membasmi Raksasa Kapitalisme

Dipublikasikan oleh Isyraf Madjid pada

Klein, Naomi. 2014. This Changes Everything: Capitalism vs. the Climate (Hal Ini Mengubah Segalanya: Kapitalisme vs. Iklim). Penerbit Simon & Schuster.


“Climate change is real. It is happening right now, it is the most urgent threat facing our entire species and we need to work collectively together and stop procrastinating.” 

Perubahan iklim adalah situasi nyata yang sedang terjadi saat ini. Ini adalah ancaman besar yang dihadapi oleh seluruh spesies, maka kita harus bekerja bersama-sama dan berhenti menunda-nunda. 

Pada 2016 lalu, Leonardo Di Caprio akhirnya meraih penghargaan Oscar setelah dua puluh tahun lebih berkiprah di kancah Hollywood. Namun, alih-alih berbahagia atas pencapaian tersebut, ia justru memilih untuk mengucapkan sesuatu di luar ekspektasi semua orang: mengingatkan urgensi menjaga lingkungan, dengan mengucap kalimat seperti tercatut pada baris awal paragraf ini. 

Permasalahan lingkungan adalah pembahasan pelik. Meskipun krisis iklim berdampak besar bagi planet kita, aspek lingkungan kerap tidak masuk dalam skala prioritas kehidupan seseorang, apalagi para pemilik modal. Sebab, dalam sistem kapitalisme, pemilik modal memiliki kepentingan utama memperoleh keuntungan maksimal yang kerap kali bertentangan dengan kepentingan lingkungan dan hajat hidup masyarakat lebih luas. Al Gore, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat pernah berkampanye tentang isu lingkungan melalui film dokumenter besutan Davis Guggenheim, An Inconvenient Truth (2006). Film tersebut kemudian diikuti dengan berbagai pembahasan, termasuk buku yang menyoroti perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi krisis iklim. Salah satu penulis yang memiliki kegelisahan dan napas serupa yakni Naomi Klein dalam This Changes Everything: Capitalism vs. the Climate.

Momen Eureka Naomi Klein 

This Changes Everything: Capitalism vs. the Climate berisi pesan dan harapan untuk generasi masa depan. Menggunakan tema aktivisme lingkungan, Klein memberikan latar belakang menarik dalam menuliskan buku ini sehingga menyentil untuk dibaca. Salah satu contoh, Silent Spring (1962) oleh Rachel Carson –seorang ahli biologi kelautan Amerika – ditulis lantaran ia gelisah tak pernah lagi mendengar kicauan burung tatkala bangun pagi hingga akhirnya mengantarkan penelitian tentang populasi burung di wilayah tempat Carson tinggal yang rupanya menderita karena penggunaan pestisida sintetis DDT. Sementara itu, Naomi Klein menggelisahkan bagaimana jika anak-anaknya di masa depan tidak bisa menjumpai rusa besar (moose) seperti yang ia lihat saat ini atau mirip gambaran dalam dongeng pengantar tidur untuk sang anak, Looking for a Moose (2006). Menurut penuturan seorang teman Klein, ada seekor rusa besar di belahan dunia lain yang berubah warna menjadi hijau akibat terkontaminasi racun pasir tar (oil sand), bahkan berujung pada kematian. 

Naomi Klein

“Apakah suatu hari nanti anakku masih akan melihat tikus dan hewan lainnya?”, begitu Naomi Klein mempertanyakan. Kegelisahan tersebut menginspirasi Klein mengeksplorasi hubungan antara kapitalisme dan lingkungan. Dalam This Changes Everything: Capitalism vs. the Climate, ia percaya bahwasannya akar penyebab perubahan iklim ialah kelemahan yang melekat pada sistem ekonomi kapitalis. Menurut Klein, pertumbuhan ekonomi, orientasi keuntungan, dan konsumerisme bertentangan dengan tindakan yang dibutuhkan untuk mengatasi perubahan iklim, misalnya mengurangi emisi karbon dan beralih ke sumber energi berkelanjutan.

Alhasil, membaca buku ini memberikan pengalaman layaknya menyelam di lautan luas dan dalam. Analisis mengenai hubungan antara kapitalisme dan lingkungan hidup sangat komprehensif, pun dengan berbagai penelitian serta data menjadi argumen penting dalam buku ini. Membaca halaman demi halaman membuat kita seperti sedang menjelajah ekosistem dan keanekaragaman kehidupan.

Perubahan Iklim adalah Pertarungan antara Manusia dan Planet Bumi

Tesis utama Klein membahas tentang penyebab perubahan iklim, yakni kelemahan sistem ekonomi kapitalis. Ia percaya, kapitalisme bagaikan predator yang memakan sumber daya bumi dengan kecepatan penuh dan tidak memberikan ruang untuk hidup berkelanjutan. Dorongan rasa lapar atas dasar keuntungan dan pertumbuhan ekonomi berdampak pada eksploitasi dan degradasi alam. 

Konsekuensi ekonomi kapitalisme ini sangat mengerikan. Perlahan, lautan diracuni emisi karbon, dan daratan berisi polusi sebagai akibat kecanduan manusia terhadap bahan bakar fosil. Tak tersedia lagi ruang aman dan nyaman di darat maupun laut. Dampaknya, keseimbangan ekosistem bumi makin rapuh. Ia berpendapat bahwa solusi untuk krisis iklim harus melampaui tindakan individu. Meski mengganti bohlam lampu hemat energi, bersepeda ke tempat kerja, atau keranjang belanja adalah solusi personal yang baik, menurut Klein, dunia membutuhkan aksi lebih, yakni perubahan secara kolektif dan sistemik. Salah satunya termasuk pergantian bahan bakar fosil menuju energi terbarukan secara radikal, dan distribusi sumber daya yang adil. 

Klein mengajak kita untuk mengubah seluruh ekosistem menuju keseimbangan berkelanjutan dan adil dengan meninggalkan sistem kapitalis menuju sistem ekonomi yang memelihara dan mendukung alam. Meski demikian, ia pun tak menafikan bahwasannya transformasi tersebut tidaklah mudah. Sebab, industri bahan bakar fosil bagaikan gurita raksasa dengan tentakel yang melilit setiap bagian kehidupan kita. 

Namun Klein juga optimis dan percaya bahwa kita memiliki perangkat dan pengetahuan dalam membangun dunia baru yang berkelanjutan dan adil. Ia melihat secercah harapan melalui gerakan akar rumput yang berjuang melawan industri bahan bakar fosil, keserakahan kapitalis, dan kelambanan pemerintah dalam menangani berbagai persoalan lingkungan. Menurut Klein, berbagai gerakan akar rumput bagaikan kawanan ikan yang bekerja sama menavigasi arah dalam menghadapi arus perubahan iklim. 

Jalan keluar dari cengkeraman kapitalisme

Setelah mengkaji berbagai gerakan akar rumput dan strategi melawan ekonomi kapitalis, Klein menyoroti berbagai contoh komunitas dan organisasi yang berhasil mendorong keadilan lingkungan dan praktik berkelanjutan. Menurut Klein, ini menunjukkan bahwa tindakan kolektif bisa menciptakan perubahan. Selain itu, ia juga mengadvokasi sistem ekonomi baru yang memprioritaskan keadilan dan kesejahteraan makhluk bumi. 

Selain menghidupkan gerakan akar rumput, Klein juga membahas tentang upaya menuju energi terbarukan. Ia berpandangan bahwa transisi menuju energi terbarukan tak hanya diperlukan untuk mengatasi krisis iklim, tetapi juga memberikan kesempatan bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Di samping itu, Klein mengadvokasi “upaya transisi bijak” dengan memastikan pekerja dan masyarakat yang bergantung pada industri fosil agar tidak tertinggal. Ini berarti menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan, menyediakan program pelatihan dan pendidikan, serta berinvestasi di bidang infrastruktur dan layanan publik.

Tak lupa, Klein menyoroti titik temu antara perubahan iklim dan keadilan sosial dengan berpendapat bahwa perjuangan melawan perubahan iklim harus mengatasi permasalahan kelas seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu, kontrol demokratis berperan penting untuk mengalihkan penguasaan industri bahan bakar fosil kepada masyarakat untuk merumuskan keputusan untuk penggunaan dan produksi energi mereka sendiri. Selain itu, perlu juga meminta pertanggungjawaban pemerintah dan perusahaan atas tindakan mereka dan memastikan bahwa publik memiliki suara dalam kebijakan lingkungan.

Menyelamatkan Lingkungan? Kita Semua Harus Bertindak!

Pada akhirnya, This Change Everything: Capitalism vs. The Climate adalah ajakan untuk bertindak di tengah krisis lingkungan dan iklim. Ini adalah seruan bagi kita untuk bersatu sebagai komunitas global dan mengambil tindakan kolektif secara radikal untuk mengatasi krisis iklim. Secara metaforik, kita semua bagaikan pelaut di atas kapal yang sedang mengarung badai di tengah samudra. Kita harus mengerahkan seluruh tenaga dan alat untuk mengarahkan kapal menuju tempat aman. 

Upaya kolektif menjadi penting karena kita tidak bisa berpangku tangan pada politisi yang berpihak pada percepatan ekonomi dan kapitalisme ketimbang memedulikan persoalan lingkungan. Alegorinya bak pertarungan antara David versus Goliath. Politisi sebagai pemangku kebijakan negara tanpa ragu akan menaruh uang mereka pada Goliath yang diibaratkan raksasa kapitalisme. 

Melalui buku ini, Klein menekankan bahwa ketakutan adalah respons rasional terhadap kenyataan bumi yang sedang sekarat, tetapi tentu harus diimbangi dengan prospek membangun masa depan lebih baik. Buku ini terasa seperti surat dari seorang aktivis, dikirimkan melalui kotak pos kepada setiap orang yang peduli akan kehidupan anak cucu nanti. Pendekatan metaforis Klein membantu kita menghidupkan isu kompleks berkaitan perubahan iklim. Apalagi, ia berargumen disertai data penelitian yang kuat. Buku ini wajib dibaca oleh siapa saja yang peduli dengan masa depan planet kita, karena akan menginspirasi untuk bertindak membangun dunia yang lebih berkelanjutan dan adil. 


Isyraf Madjid

Penulis merupakan Demisioner Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta. Pembaca yang juga kebetulan berupaya untuk menulis.