Matters of Care: Meretas Batas Kepedulian Manusia

Dipublikasikan oleh Nor Qoidatun Nikmah pada

de la Bellacasa, María Puig. 2017. Matters of Care: Speculative Ethics in More Than Human Worlds (Urusan Merawat: Etika Spekulatif dalam Dunia yang Lebih Dari Manusia). Penerbit Universitas Minnesota. 


Ibu bumi wis maringi

Ibu bumi dilarani

Ibu bumi kang ngadili

La ilaha illallah, Muhammadur rasulullah

(Syahadat Bumi, ibu-ibu Kendeng)

Berbagai “gerakan kepedulian” di Indonesia bermunculan dalam bentuk yang lebih dari sekedar “peduli” pada manusia, tapi sekaligus pada lingkungannya. Misalnya peduli Kendeng (JMPK), peduli Wadas (Gempa Dewa), dan sebagainya. Dan uniknya, gerakan-gerakan tersebut memunculkan sosok perempuan sebagai aktor utamanya yang melakukan resistensi atas eksploitasi terhadap lingkungan dan Bumi. Jika ditelisik lebih dalam, keterkaitan antara perempuan dengan lingkungan sepertinya jauh lebih purba dari yang kita sangka. Yang paling gamblang adalah banyak mitos-mitos yang menceritakan tentang dewi-dewi pelindung bumi. Di Indonesia kita mengenal istilah populer “ibu pertiwi” atau “ibu bumi”. Di Arab, istilah “ardl” yang berarti bumi digolongkan sebagai kata feminin (tasniyah).

Keterkaitan yang erat antara perempuan dengan kepedulian akan kelestarian lingkungan itulah yang menarik banyak peneliti mengkajinya. Dalam ranah perjuangan gender, muncul istilah ekofeminisme, kemudian istilah “ethics of care yang pada mulanya hanya reaksi atas atas ethics of rights/justice yang dianggap terlalu maskulin, kini diperluas menembus batas kepedulian manusia atas sesama, tetapi sekaligus terhadap lingkungannya.

Buku yang berjudul Matters of Care: Speculative Ethics in More Than Human Worlds karya Maria Puig de la Bellacasa ini hendak menguak “ideologi” yang tengah berlangsung yang membawa umat manusia menggali jurang bagi kepunahannya sendiri. Jika modernisme yang mulanya membawa manusia keluar dari kegelapan menuju pencerahan tapi sifat pencerahan itu hanya sementara dan sepihak, maka manusia perlu memperluas pencerahan itu dan membuatnya berkelanjutan. 

de la Bellacasa sendiri adalah seorang profesor di School of Sociology, Politics and International Studies di University of Bristol, Inggris. Dia dikenal sebagai penulis berbagai kajian ilmiah, khususnya etika ekologi dan feminisme. 

María Puig de la Bellacasa

Dalam buku ini, de la Bellacasa–sebagaimana Carol Gilligan atau pelanjutnya, Noddings, Eva Feder Kittay, Virginia Held–mengusung konsep ethics of care (etika kepedulian/perawatan). Bedanya, jika Gilligan menawarkan etika kepedulian sebagai jalan keluar bagi kebuntuan etika keadilan (ethics of justice) atau etika hak (ethics of rights) yang dalam pandangannya dianggap terlalu “maskulin”, de la Bellacasa membawa etika kepedulian ke medan yang lebih luas. Yakni, bahwa etika kepedulian jangan terperangkap pada antroposentrisme, sebab manusia tidak bisa hidup sendiri—maksudnya bukan semata bersendiri dari manusia lainnya saja, tapi juga tak bisa hidup tanpa makhluk hidup non-manusia yang lain.Caring relations extend beyond human actors, recognizing the caring capacities of non-human others in sustaining our world.” (hal. 211).

Struktur Buku

Buku ini terbagi menjadi dua bagian dengan lima bab. Bagian pertama berisi tiga bab awal. de la Bellacasa menggunakan teori feminis dan studi sains dan teknologi untuk memeriksa politik berpikir dan berpengetahuan dalam dunia yang melibatkan lebih dari manusia, terutama dalam teknosains. 

Pada bagian ini, bab pertama penulis menggunakan konsep “matters of concern” oleh Bruno Latour untuk menjelaskan perawatan sebagai praktik oposisional yang menghadirkan pertemuan demokratis dan perhatian terhadap eksklusi dan penderitaan (hal. 27). Bab kedua, de la Bellacasa mengadopsi konsep Donna Haraway tentang pengetahuan yang terletak untuk mengeksplorasi “berpikir dengan kepedulian” melalui tiga langkah konkret: “berpikir bersama,” “berpikir dengan perbedaan,” dan “berpikir untuk” (hal. 52). Pada bab ketiga, de la Bellacasa juga membahas sentuhan sebagai perspektif politik pengetahuan yang mengungkapkan perawatan sebagai kekuatan yang terdistribusi melalui berbagai agensi dan materi, dengan mempertimbangkan ketergantungan saling antara manusia dan pihak non-manusia (hal. 193).

Bagian kedua buku ini mempelajari praktik permakultur dan hubungan manusia-tanah dalam konteks ekologi kehidupan yang melibatkan lebih-dari-manusia (more-than-human). Bab keempat membahas bagaimana gerakan permakultur mengubah pemahaman tradisional tentang etika dengan mengadopsi pendekatan pasca-konvensional dan poststruktural, serta mempertimbangkan biopolitik. Konsep “alterbiopolitik” diperkenalkan untuk menggambarkan etika pemberdayaan kolektif yang diusung oleh permakultur (hal. 125). Konsep “alterbiopolitik” menggambarkan etika kolektif yang melibatkan hubungan timbal balik antara manusia dan entitas nonmanusia. Dalam konteks ini, perawatan dipandang sebagai praktek yang melibatkan berbagai kekuatan material dan vitalitas yang saling berinteraksi. Konsep alterbiopolitik mengakui bahwa entitas non-manusia juga memiliki peran penting dalam keberlanjutan kehidupan dan komunitas lebih dari manusia. Perawatan yang melibatkan alterbiopolitik mengakui pentingnya merawat semua makhluk hidup dan mempromosikan kesejahteraan bersama secara inklusif (hal. 125).

Bab kelima mengeksplorasi “waktu kepedulian” sebagai lensa dalam merawat tanah, menyoroti pentingnya menghargai kecepatan ekologis dan memperluas perspektif masa depan teknosains. Penulis menekankan perlunya memberikan waktu untuk perawatan sebagai langkah menuju ekologi perawatan yang praktis, etis, dan afektif yang berbeda dari pendekatan antroposentris dan teknosentris (hal. 169). Dengan “waktu perawatan,” de la Bellacasa menunjukkan bagaimana kecepatan dan orientasi masa depan dalam inovasi teknosains sering bertentangan dengan ritme alami dan kebutuhan ekologi. Dalam konteks ini, waktu perawatan mengacu pada pengakuan dan penghormatan terhadap waktu yang diperlukan dalam praktek perawatan yang berkelanjutan. Hal ini melibatkan memperlambat ritme teknosains yang cepat, menekankan pentingnya ketelatenan dan keterlibatan emosional dalam praktek perawatan, serta membuka jalan bagi ekologi perawatan yang praktis, etis, dan berpengaruh (hal.169).

Etika Spekulatif: Menggeser Kepedulian Lebih dari Sekedar Manusia

Dalam buku ini, de la Bellacasa mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang kepedulian dan hubungan antara manusia dan dunia non-manusia. Dengan menggabungkankan berbagai bidang studi seperti studi ilmu pengetahuan dan teknologi, studi feminis, teori etika, dan humaniora lingkungan, ia menciptakan kerangka kerja yang kompleks dan terintegrasi (hal. 1). Ia juga memperluas pemahaman tentang perawatan di luar kategori yang terlalu ideal, moralis, berkecenderungan gender, hegemonik, dan antroposentris (hal. 1). Ia menunjukkan bahwa perawatan tidak hanya berkaitan dengan manusia, tetapi juga melibatkan hubungan dengan dunia nonmanusia (hal. 1). 

Salah satu tawaran yang perlu diperhatian adalah konsep “penggeseran” (displacement) sebagai cara untuk memahami perawatan dalam konteks yang baru (hal. 11). Konsep penggeseran ini mengajak kita untuk melihat perawatan melalui sudut pandang yang berbeda dan mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasarinya (hal. 12). Ia berpendapat bahwa perawatan dapat menjadi sarana untuk mengganggu status quo, membingkai ulang pertanyaan etis, dan membangun ekologi perawatan yang lebih praktis, etis, dan afektif (hal. 12). Konsep “penggeseran” ini juga memungkinkan kita untuk melihat kompleksitas dan ambivalensi yang terlibat dalam perawatan. Hal ini dapat membantu kita menghindari pemahaman perawatan yang terlalu terfokus pada idealisasi, moralisasi, gender, hegemoni, dan nilai-nilai antroposentris. Dengan menggeser sudut pandang, kita dapat melihat perawatan sebagai sesuatu yang multi-lateral, non-simetris, dan tidak polos (hal. 221).

de la Bellacasa menawarkan etika spekulatif,, yaitu pemikiran yang kreatif dan inovatif tentang perawatan serta refleksi ulang terhadap asumsi dan norma yang dominan dalam pemikiran dan praktik perawatan. Ia menekankan bahwa tidak ada pendekatan etika tunggal yang dapat mengatasi semua masalah perawatan, dan bahwa perawatan harus dipertanyakan secara terus-menerus dan disesuaikan dengan konteks yang berbeda. Dalam buku ini, khususnya bab ke-4 dan ke-5, ia mengundang kita untuk mempertanyakan asumsi dan norma yang dominan dalam pemikiran dan praktik perawatan, serta merenungkan tentang peran hubungan alterbiopolitik dan dimensi waktu dalam membentuk praktek perawatan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan beradab.

Meretas Batas Kepedulian

Melalui buku ini, de la Bellacasa mencoba meretas batas kepedulian manusia. Ia mendorong inklusivitas dalam pemikiran dan praktik kepedulian dengan memperluas konsep kepedulian bukan semata hubungan antara manusia tetapi juga dengan non-manusia. Melalui etika spekulatif, de la Bellacasa mengajak kita untuk mempertanyakan asumsi yang mendasari praktik kepedulian dan mencari cara baru untuk memikirkan dan mempraktikkaannya.Hal ini membuka ruang bagi pemikiran yang kreatif, fleksibel, dan terbuka terhadap perubahan. 

Pendekatan lintas disiplin dalam karya de la Bellacasa–yang mengintegrasikan berbagai bidang studi–memberikan kontribusi berharga dalam memahami kepedulian dalam konteks yang lebih luas dan kompleks, memperkaya dialog antardisiplin dan mendorong kolaborasi. Selain itu, karya de la Bellacasa memperluas pemahaman tentang kepedulian dan mempromosikan pertumbuhan gerakan sosial yang peduli bukan semata pada manusia belaka, dengan menekankan pentingnya mempertanyakan norma dan praktik yang mendominasi, mendorong adanya perubahan sosial yang inklusif, berkelanjutan, dan adil, serta membangun kesadaran dan aksi kolektif untuk menciptakan perubahan sosial yang lebih baik.

Akhirnya, di tengah adanya ancaman kerusakan lingkungan yang terus berlangsung dengan berbagai modus sehingga menyebabkan aneka ketidakseimbangan alam, buku ini menjadi penting untuk dibaca bagi para akademisi atau aktivis guna mendorong adanya kepedulian atas lingkungan sekitar.


Nor Qoidatun Nikmah

Penulis adalah ibu satu anak. Alumnus Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga. Pengajar TPA tahfidz Quran. Bergiat dalam kelompok PERETAS (Perempuan Lintas Batas).